Jumat, 29 November 2013

Kejujran Seorang Pedagang



Pada zaman tabi’in ada seorang pedagang perhiasan bernama Yunus bin Ubaid.
Pada suatu hari, Yunus bin Ubaid menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan mengerjakan sholat. Ketika itu datanglah seorang Baduy yang hendak membeli perhiasn di toko itu. Maka terjadilah transaksi jual beli antara orang Baduy itu dengan penjaga toko, saudara Yunus.
Satu perhiasan permata hendak dibelinya harga 400 dirham. Sebenarnya Yunus telah membertahu saudaranya bahwa harga perhiasan itu 200 dirham. Perhiasan itu akhirnya terjual dengan harga 400 dirham.
Di tengah jalan, orang Baduy itu bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Yunus mengenali perhiasan yang dibawa oleh si Baduy itu, dan ia tahu barang itu dibeli dari tokonya.
“Berapakah harga perhiasan ini kamu beli?” Tanya Yunus kepada orang Baduy itu.
“400 dirham” jawab orang Baduy itu.
“Tetapi harga sebenarnya Cuma 200 dirham. Mari kembali ke toko saya, agar dapat kukembalikan uang kelebihannya kepadamu.” Kata Yunus lagi.
“Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang 400 dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham.” Kata orang Baduy itu.
Tetapi Yunus tidak membiarkan orang Baduy itu pergi, didesaknya lagi agar orang Baduy itu kembali ke tokonya dan akan dikembalikan kelebihannya. Namun si Baduy itu tetap tidak mau.
“Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?”. Yunus berkata dengan marah kepada saudaranya ketika orang Baduy itu telah pergi.
“Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham,” saudaranya mencoba menjelaskan bahwa dirinya di pihak yang benar.
“Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan diri kita sendiri,” kata Yunus lagi.
Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman, amatlah tepat. Karena ini menunjukkan pribadi seorang pedagang yang jujur dan amanah di jalan rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tentram karena tidak ada penipuan dalam perdagangan.
“Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas serta member rizki. Dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau di harga,” sabda Rasulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar